Apotheek Van der Heide
Apotheek Van der Heide adalah bangunan cagar budaya yang terletak di Jalan Diponegoro No. 18, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah.
Ada dua buah rumah tinggal di Toentang weg yang desainnya memakai menara, keduanya dalam posisi berseberangan. Rumah pertama adalah rumah tinggal yang pernah menjadi milik Nitisemito, pengusaha besar rokok kretek dan yang kedua adalah rumah yang sekarang dipakai untuk kantor Bank Central Asia. Bedanya menara di rumah Nitisemito merupakan bangunan bertingkat sedangkan rumah di seberangnya hanya merupakan bangunan satu lantai. Selain itu, memiliki rumah dua lantai dengan menara tersebut Nitisemito juga memiliki rumah dan bangunan lain yang luas dan membentang di sepanjang jalan Monginsidi sekarang, di sisi timur mulai dari Kodim ke Selatan.
Awalnya rumah ini adalah milik warga Belanda, tetapi akhirnya dibeli oleh Nitisemito, konglomerat pribumi di bidang rokok kretek yang pernah mengalami masa jaya pada zaman Belanda. Dari sisi kepemimpinan rumah yang satu ini mengalami beberapa kali pergantian. Setelah dari Nitisemito rumah berpindah menjadi milik keluarga Djajadi, kemudian ke keluarga Soekardjo, lalu ke pemilik sekarang ini. Sementara itu dari sisi fungsi juga telah terjadi beberapa kali pergantian, mulai dari rumah tinggal ke apotek (dengan nama apotek Van der Heide), lalu berganti menjadi hotel (dengan nama hotel Tanjung) dan terakhir sebagai rumah kost untuk pegawai dan mahasiswa.
Secara umum rumah ini bisa dikatakan masih seperti yang dulu. Namun, bila dilihat lebih detail sudah ada beberapa perubahan yang dilakukan oleh pemiliknya. Pagar halaman sudah mengalami perubahan, detail menara di lantai satu sudah berubah, kemudian teras rumah yang semula terbuka dengan pagar pendek telah hilang karena diblok dengan dinding berkeramik.
Saat ini rumah tersebut tercatat sebagai Bangunan Cagar Budaya di Salatiga. Selain usianya yang sudah tua, dari sisi desain rumah ini termasuk rumah yang langka. Bahkan hanya satu-satunya rumah dengan menara berlantai dua di Salatiga. Oleh karena itu, bila bangunan tersebut masih bisa bertahan setelah dari 100 tahun melewati lorong waktu di Salatiga, itu merupakan sesuatu yang patut disyukuri.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Gedung Pakuwon
- Istana Djoen Eng
- Rumah Dinas Wali Kota Salatiga
- Rumah Tinggal Hasmo Sugijarto
- Rumah Tinggal Notosoegondo
- Toko Aneka Jaya
- Tugu Jam Tamansari
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]Buku
- Harnoko, Darto, dkk (2008). Salatiga dalam Lintasan Sejarah. Salatiga: Dinas Pariwisata, Seni, Budaya, dan Olah Raga Kota Salatiga.
- Prakosa, Abel Jatayu (2017). Diskriminasi Rasial di Kota Kolonial: Salatiga 1917–1942. Semarang: Sinar Hidoep.
- Raap, Olivier Johannes (2015). Kota di Djawa Tempo Doeloe. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
- Rahardjo, Slamet, dkk (2013). Sejarah Bangunan Cagar Budaya Kota Salatiga. Salatiga: Pemerintah Daerah Kota Salatiga.
- Supangkat, Eddy (2019). Gedung-Gedung Tua yang Melewati Lorong Waktu Salatiga. Salatiga: Griya Media.
- Supangkat, Eddy (2012). Salatiga: Sketsa Kota Lama. Salatiga: Griya Media.
Jurnal ilmiah
- Anwar, Muhammad Khoirul (Agustus 2019). "Rekonstrusi Kota Kolonial Salatiga dan Kontribusi Teknologi Geographical Information System". Sasdaya (Gadjah Mada Journal of Humanities). 3 (2). ISSN 2549-3884.
- Rohman, Fandy Aprianto (Juni 2020). "Administrasi Pemerintahan Gemeente di Salatiga 1917–1942". Walasuji. 11 (1). ISSN 2502-2229. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-18. Diakses tanggal 2021-01-14.
Lainnya
- Hatmadji, Tri, dkk (2009). "Cagar Budaya Salatiga". Klaten: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah.